After graduated, tentunya makin banyak undangan pernikahan yang
mampir. Niat kuatku untuk fokus sama kerjaan dan lanjutin kuliah tiba-tiba
mulai terkikis. Dan aku tergoda untuk memikirkannya. Menikah...
Keinginan itu semakin hari ternyata
semakin menggebu, meski aku juga tak tahu hendak merajutnya bersama siapa. Dia,
dia atau dia. Bahakan tak ada pilihan. Seseorang yang aku harapkanpun tak
kunjung datang. Ahh..mungkin ini belum
saatnya, suatu saat nanti, fikirku.
Terakhir ketika sahabat terbaikku
menikah, hati ini semakin mendorong kuat detaknya menghantarkan angan-angan dan
jiwa ini terbang memenuhi mimpi2 yang selama ini aku rangkai. Bukan angan2 yg
indah memiliki suami yg tampan, bukan pula yg kaya atau memiliki pekerjaan yg
hebat menurut kebanyakan orang. Aku ingin menikah bukan karena tergiur
pernikahan yg mewah dan megah, atau mahar yg fantastis.
Aku hanya iri...
Ya iri, iri pada mereka yang menemukan
cinta sejatinya. Iri pada mereka yg telah tentram hatinya, iri pada mereka
cintanya, rindunya serta segala perbuatannya menjadi halal dan berbuah pahala. Ahh
aku iri pada mereka yang telah menyempurnakan agamanya. Aku iri, sungguh iri
pada senyum2 mereka yang menyambut pasangan ibadahnya. Aku iri pada penantian
mereka yang indah, menyambut suaminya ketika pulang dengan sejuta senyuman. Shalat
berjamaah dan baca qur’an bersama dan memiliki anak2 yg lucu serta cerdas
melafalkan ayat2nya. Ihhh, irinya aku melihat mereka yg telah sempurna menjadi
seorang wanita. Anggun, cerdas, dan teduh dipandang. Mungkin begitu rasanya
menikah. Bersama dan berbagi, meskipun aku tau tidak selalu indah. Ada batu
sandungan kecil bahkan besar yang menghadang di tengah perjalanan. Namun terlepas
dari itu semua, aku iri pada mereka yg telah halal mengikrarkan cintanya. Karena
saat itulah Cinta di dalam hati menjadi Sempurna.
*semoga secepatnya cintaku pun dapat sempurna seperti mereka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar