***(Cakrawala Aksara Gusti De Grun)***
Expresikan Imaginasimu!!!!

Jumat, 19 April 2013

Antara Cinta dan Persahabatan




Keinginan yg besar itu tiba-tiba runtuh, dan harapan itu tiba2 pudar seketika karena sejuta pertanyaan dan kenyataan. Ada sesak dalam dada dan aku menyadari satu hal, bahwa aku memang bukan yang terbaik untuknya. Berkali-kali aku coba memahaminya, menurunkan egoku bahkan mengorbankan perasaanku sendiri agar hubungan ini berjalan tanpa batu terjal yg kami buat sendiri. Namun kenyataan, selain batu yang tajam menghujam dari luar, ternyata kerikil kecil ini membuatku jatuh tersungkur. Ya, mereka mungkin benar. Aku tak pantas untukmu yang begitu istimewa bagi mereka, juga untukku. Baru hal yang kecil saja, aku tak bisa memahaminya, tak bisa membuatmu tentram, tak bisa membahagiakanmu. Apalagi nanti, ketika kita menghadapi hari tua bersama, di depan sana masih banyak ujian menanti. Lalu aku bertanya pada hati, apa aku sanggup menjadi yg terbaik untukmu dan memahamimu? Apa aku sanggup menjadi apa yg kamu mau dan menentramkan hatimu?
Keinginanku mendapatkan cinta yg sempurna itu tiba2 memudar, rasanya tak pantas, aku tak punya apa2, dan aku tak bisa. Sepertinya keinginanku terlalu jauh, padahal hati ini ingin jadi yg terbaik dan memberikan yg terbaik. Namun sepertinya aku memang bukan yg terbaik untumu, yg bisa memahamimu dan membahagiakanmu. Maafkan aku...
Banyak sekali yang harus aku perbaiki, rasanya aku simpan dalam2 saja keinginan dan harapan besar itu. Salahku memang, terlalu mencintai dan mengharapkanmu. Meski aku tak pernah memintanya. Yang dulu aku pinta adalah menapaki jalan kehidupan ini bersama seorang sahabat yang bisa mengerti dan memahamiku, dan juga aku memahaminya. Namun kenyataan persahabatan itu berbeda dengan percintaan. Persahabatan itu tulus, tak ada cemburu atau rasa sakit ketika dirimu tak ada. Namun dirimu selalu ada saat aku membutuhkanmu, dan kamu selalu mengerti aku. Tapi cinta punya bumbu lain, ada cemburu, keinginan dan keegoisan.      
Ya aku lebih mengenalmu dulu sebagai sahabatku, tapi kini tidak lagi. Bahkan untuk berkeluh kesah padamu pun kini aku tak berani. Lalu seketika muncul pertanyaan besar dalam diriku, apakah aku tetap bertahan atau mulai menyerah??? Aku tak tau lagi...
Namun satu hal, aku memang selalu mendahulukan perasaan dari pada rasionalitas. Tapi ketahuilah, aku bertahan sampai detik ini bukan karena rasionalitas. Jika karena hal itu, mungkin aku telah berhenti bertahan sejak dulu. Tai aku bertahan karena sebuah perasaan... lalu kamu???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar