Aku tak tahu apa namanya perasaan ini, entah ini rindu,
cinta, luka, resah, kecewa, putus asa, hampa atau apa itu namanya. Aku merasa
sedang berada di titik terendah dalam hidupku. Tentang rencana, rencanaku yang
tak berjalan sesuai harapan, dan rencana-Nya yang sedang aku jalani kini.
Aku, yang katanya seorang wanita yang terlihat bahagia dan
ceria, menyimpan luka dalam yang mungkin tak bisa terlihat oleh siapapun. Menyembunyikan
setiap tetesan air mata dibalik sunyinya malam, menyembunyikan setiap resah dan
keputusasaan dalam hati terdalam. Menyembunyikan setiap harapan yang dibalut
kekecewaan, seolah-olah memang tak mengharapkan. Berusaha tetap terlihat
seperti tak terjadi apa-apa, menyembunyikan setiap luka yang aku dapat. Meski aku
tak tahu seperti apa kini hatiku berbentuk.
Aku yang katanya punya banyak bakat, tapi nyatanya tak bisa
apa-apa. Menyadari kini bahwa aku bukan siapa-siapa dan tak punya apa-apa, tak
berbakat seperti selama ini orang katakan. Aku yang sedari dulu selalu duduk di
kelas unggulan, menjadi mahasiswa terbaik dengan index prestasi kumulatif
tertinggi, menjadi asisten dosen, dan menjadi ketua organisasi perempuan pertama
di kampus, nyatanya kini tak menjadi apa-apa. Mahasiswa terbaik dan IPK tertinggi
nyatanya tak menjamin apa-apa, aku belum bisa melanjutkan study ku, belum mendapatkan pekerjaan yang sesuai yang sperti
teman-temanku banggakan. Merasa terpojokkan memang, apalagi ketika menyinggung
soal IPK. Aku kini memang bukan apa-apa, meneruskan tanggung jawabku sebagai
seorang pendidik yang dari tsanawiyyah
telah aku lakukan. Meski sekarang menjadi seorang pendidik di sebuah kampus
kecil, namun tetap saja aku buan siapa-siapa. Aku tak bisa berbangga hati
seperti mereka, entah mengapa.
Terkadang aku iri kepada mereka yang bisa begitu mudah
melanjutkan kuliahnya tanpa harus memikirkan masalah financial. Sedangkan aku harus tetap bershabar untuk menunggu,
menunggu beasiswa yang bisa aku raih untuk melanjutkan mimpiku. Ya bagaimana
tidak, menyelesaikan study S1 pun masih
dibantu dengan beasiswa yang hanya aku dapatkan beberapa semester saja karena
penyerataan beasiswa padahal IPKku masih tetap berada dirutan tertinggi, tapi
ya sudahlah bukan rizqy kalau kata
ibuku. Aku masih punya pekerjaan part
time sebagai penyiar radio dan asisten dosen, setidaknya dapat membayar
untuk uang praktikum atau ujian saja, atau untuk membeli buku dan keperluan
kuliah lainnya.
Ya, dan aku masih menunggu...
Bukan hanya menunggu sebuah sinar untuk meraih mimpiku
melanjutkan study, tapi menunggu
seseorang pula yang tak kunjung datang dalam hidupku, disampingku. Sedangkan diusiaku
sekarang, mereka telah menemukan pasangan bahkan telah memiliki beberapa orang anak.
Undangan demi undangan datang, sedangkan aku dirundung ketidakpastian. Ya, lagi
dan lagi aku masih saja tetap menunggu. Menunggu taqdir-Nya, menunggu
rencana-Nya berjodoh dengan rencanaku...
Dua tahun sudah rencana ini berlalu tanpa ada satupun yang
terwujud, 3 rencana besar dalam hidupku... kerja, kuliah, dan menikah...
mimpi-mimpi itu senantiasa menggelayuti setiap hati dan fikirku... ah, mungkin
saja ikhtiarku kurang keras, mungkin saja penantianku ini belum ikhlas... mungkin
saja shabarku dalam setiap ujian yang diberikan belum cukup... mungkin dan
mungkin rencana indah itu belum saatnya aku jalani, atau mungkin tak akan
pernah... aku pun tak tahu... mungkin aku belum terlelap dalam tidurku,
sehingga aku belum bisa menggapai mimpi-mimpiku...
Wahai mimpi, tahukah dirimu... kini aku mulai lelah
mengejarmu.. aku mulai lelah mengukir dirimu dalam hatiku.. tahukah dirimu,
luka ini semakin dalam.. yang ketika aku mengingatnya maka berlinanglah air
mataku... tahukah dirimu, kegelisahan ini mencapai puncaknya.. tapi masih saja
aku belum bisa meraihmu..
Wahai mimpi, tak bisakah kau lihat luka hatiku karena
menggapaimu... tak bisakah kau jadikan setiap air mataku tangga untuk meraihmu
segera... tak bisakah kau jadikan setiap kegelisahanku sebagai angin yang
menerbangkanku ke arahmu... tak bisakah kau jadikan setiap doa dan harapanku
sebagai kekuatan untukku untuk berlari ke arahmu...
Wahai mimpi...
Kapankah rencanaku ini berjodoh dengan rencana-Nya...